Minggu, 25 September 2016

Gunung Papandayan : Perjalanan Pulang

Gambar 1. Elf jurusan Cikajang-Bandung

     Setelah mengulas perjalanan dan transportasi dari Semarang menuju jalur pendakian Gunung Papandayan. Kali ini saya akan membahas perjalanan pulang. Postingan ini menjadi penutup dari catatan perjalanan saya di Gunung Papandayan. Oh iya sebenarnya rute ini juga bisa di gunakan untuk teman-teman yang berada di Kota Solo maupun Jogja, tinggal disesuaikan saja jadwal keretanya. Cerita sebelumnya bisa dibaca di bawah :

          Tak kalah menarik bila dibanding perjalanan berangkat, yuk simak ceritanya :D. Hari Minggu, sebelum turun dari Pondok Salada kami menyempatkan berburu Sunrise dipagi hari. Karena bangun agak kesiangan, saat itu kami relakan untuk tidak sarapan demi mendapatkan foto yang bagus, mayan buat update,hehe. Jam 06.00 setelah sedikit berlarian akhirnya kami sampai di Hutan Mati. Wow, bukan,, bukan karena sunrisenya, tapi mata saya tertuju pada bapak-bapak penjual bakso yang sedang berjualan. Dia membawa dagangannya dengan pikulan yang tentu saja berat. Di tambah lagi dengan kontur tanahnya yang bergelombang. Hal ini mengingatkan saya kembali saat berada di Kawah Ijen. Mereka sama-sama memikul beban yang berat dan bangun pagi setiap harinya demi mencari nafkah. Sebegitu berat perjuangan mereka, membuat saya bersyukur dengan keadaan saya sekarang. Seberat-beratnya kehidupan kita, masih ada orang lain yang mempunyai kehidupan lebih berat. Tetaplah bersyukur karena kita masih diberi kehidupan dan dapat menikmati segala ciptaanNya.

     Eh tapi lumayan juga lho jualan bakso, rame banget. Cocok pagi-pagi gini apalagi kalo belum sarapan. Oh iya sunrise gimana nih? Saat itu saya melihat Matahari sudah menampakkan seluruh sinarnya serta kepulan asap belerang yang selalu keluar dari Kawah Papandayan. Jadi lokasi yang kami tuju adalah dekat longsoran tebing dan dibawahnya merupakan Kawah Papandayan. 

Gambar 2. Melihat Sunrise

     Setelah puas menikmati pagi hari di Hutan Mati, akhirnya kami kembali ke Pondok Salada. Jadwal keberangkatan kereta masih sangat lama, yaitu jam 22.00. Jadi kami santai menikmati perjalanan. Saat tiba di Pondok Salada, saya mandi agar badan terasa segar. Di tempat ini disediakan beberapa mck, jadi tidak perlu kuatir ketika ingin mandi. Tinggal berani atau tidak, karena air disini walau pagi,siang ataupun malam tetap saja terasa dingin. Karena mck terbatas saya, kokom dan syaikur saling bergantian menunggu giliran mandi. Sambil menunggu satu sama lain, kami berbagi tugas membuat makanan. 

     Jam 08.00, akhirnya semua selesai. Kami makan bersama, lauk pagi ini sangat sederhana. Mungkin makanan sejuta umat "mie instan". Lagi males masak, kalo pengen apa-apa mah dinggal beli diwarung sebelah. Wong banyak yang jual, gitu aja kok repot,haha :D. Setelah kenyang, saya tiduran, tapi tidur beneran sampai jam 10.30. Saat itu kami berkemas-kemas untuk turun.

     Perjalanan turun cukup lancar, namun cuaca mendung saat itu. Rintik-rintik hujan mengguyur ketika kami sampai di Camp David. Saat tiba diparkiran, sudah banyak tukang ojek yang menawarkan jasanya. Setelah deal dengan harga yang mereka tawarkan (30rb/orang), kami menyempatkan diri untuk makan batagor terlebih dahulu.  Jam 12.00 kami turun dari jalur pendakian. Saatnya menucap kata perpisahan selamat tinggal dan sampai jumpa kembali.

     Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya kami sampai di pertigaan Cisurupan. Sudah banyak angkutan umum yang berhenti menunggu penumpang. Ada angkot biru yang bertujuan di terminal Guntur. Karena tujuan kami adalah persimpangan Nagreg, akhirnya kami bersabar menuggu Elf biasanya sih warna biru, dengan jurusan Cikajang-Bandung.

     Akhirnya Elf yang kami tunggu datang, tak banyak penumpang di dalam elf tersebut. Dengan leluasa saya bisa tiduran dan menyelonjorkan kaki. Sama seperti berangkat, ongkos dari Cisurupan-Nagreg adalah 30rb/orang. Namun kenyamanan yang saya rasakan tidak berlangsung lama. Karena penumpang yang sedikit, kami dioper dengan elf lain yang telah terisi penumpang. Akhirnya berdesak-desakan perjalanan pulang kami.

     Jalanan kota ramai, ditambah hujan yang cukup deras, membuat Elf yang kami tumpangi berjalan perlahan. Waktu menunjukan jam 15.00, tak terasa sudah dua jam lebih perjalanan kami belum sampai di persimpangan Nagreg. Baru pada jam 16.00 kami tiba di persimpangan Nagreg. Saat turun kami sedikit kelewatan dan masuk di jalur satu arah. Untuk mendapat transportasi ke Stasiun Cipeundeuy kami harus berjalan melawan arus kurang lebih 1km.

Gambar 3. Jalan dipersimpangan Nagreg

     Jalan-jalan lagi, saat hujan sudah reda saya sejenak mengambil beberapa foto untuk diabadikan. Dua kali melewati jalan ini dua kali juga hampir kelewatan. Hati-hati kalo pake transportasi umum harus sigap kalo udah mau sampai, kalo tidak bisa-bisa terlewat sampai Bandung/Jakarta. 

Gambar 4. Jembatan persimpangan Nagreg

     Ketika hampir sampai di tempat pemberhentian bus, hujan rintik-rintik perlahan membasahi tubuh. Kami berlarian agar cepat sampai dan bisa berteduh. Kami menunggu Bus di depan Polsek Nagrek. Letaknya berada di dekat  pertemuan jalur satu arah dan jalur menuju Tasikmalaya. Jam 16.30 kami berangkat dari Nagrek dengan bus Jakarta-Tasikmalaya. Sampai di Stasiun Cipeundeuy kami dikenakan tarif 17rb/orang. 

     Sampai Stasiun Cipeundeuy waktu masih menunjukan jam 18.00. Artinya kami masih punya sisa waktu 4 jam lagi. Namun kondisi di dekat Stasiun sangatlah sepi, jadi kami hanya menghabiskan waktu untuk mencari makan di sekitar stasiun. 

     Saat makan di dekat Stasiun saya sempat mencoba yang namanya sambel Leunca. Dirumah makan tersebut makanan dihidangkan secara prasmanan. Saat pertama kali melihat saya kira itu adalah kacang polong. Karena tidak tahu saya mengambilnya tanpa ragu dan tanpa tau rasanya seperti apa. 

Gambar 5. Sambel Leunca

     Kira-kira seperti itulah Sambal Leunca. Ternyata rasanya sedikit pahit dan terasa langu, karakter sambal ini juga tidak pedas. Terasa sedikit aneh rasanya, maklum baru pertama kali menikmati sambel ini. Tapi lumayan juga, boleh kapan-kapan nyoba sambel ini lagi kalo main ke Jawa Barat.

     Jam 22.00 Kereta yang telah dinantikan tiba. Kami kembali menaiki Kereta Kahuripan dengan jadwal dari Stasiun Cipeundeuy jam 22.00 dan sampai Stasiun Porwosari Solo jam 06.30. Harga sama dengan berangkat yaitu 84rb/orang. Setelah naik kami mengistirahatkan diri dengan tidur. Singkat cerita kami sampai Solo pada jam 06.30, kemudian mengambil motor di tempat teman dan langsung melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang. Selesai sudah catatan perjalanan saya kali ini di Gunung Papandayan, semoga dapat memberi manfaat untuk teman-teman, terimakasih. 
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger