Kamis, 13 Juli 2017

Krakatau : Gunung Berapi Di Selat Sunda


Gambar 1. Menunjuk ke arah Gunung Krakatau 

     Catatan perjalanan kali ini akan membahas tentang rute perjalanan menuju Gunung Krakatau. Gunung Krakatau,,, membaca namanya mungkin kalian akan langsung teringat dengan letusan dahsyatnya pada abad 19 silam. Rasa penasaran akan Gunung ini sudah saya rasakan beberapa tahun yang lalu. Namun jauhnya lokasi dan keterbatasan biaya, saat dulu kuliah membuat saya tidak bisa berbuat banyak,hehe. Tahun 2016, tepatnya pada bulan Agustus akhirnya saya punya kesempatan untuk menilik dan menginjakkan kaki secara langsung di Gunung yang terletak di selat sunda ini. Sebelum masuk ke cerita perjalanan yuk kita simak  sejarah tentang Gunung Krakatau.

Krakatau (bahasa Inggris: Krakatoa) adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra yang termasuk dalam kawasan cagar alam. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa sampai Eropa. (sumber)

Dari ulasan sejarah Gunung tersebut, tentu kita bisa membayangkan betapa dahsyatnya letusan Krakatau. Oke pertama-tama saya akan membahas rincian perjalanan dan transportasi ke Gunung Krakatau. Karena saya berasal dari Semarang, maka perjalanan akan ditulis mulai dari kota ini. Pertama-tama kita naik kereta api menuju Jakarta. 

Gambar 2. Kereta Api Tawang Jaya

Mengapa KA Tawang Jaya? jadwal Kereta ini nantinya akan di sambung dengan KA Krakatau Expres dari Stasiun Pasar Senen sampai Stasiun Merak Banten. Untuk teman-teman yang kotanya di lewati KA Krakatau Expres bisa langsung naik kereta tersebut. 

Gambar 3. KA Krakatau Expres

Untuk melihat rute dan jadwal, silahkan ikuti link berikut. Setelah sampai di Stasiun Merak, silahkan jalan menuju pelabuhan dan membeli tiket untuk menyebrang ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Jaraknya dekat, kita hanya melewati jalan layang di dekat pintu keluar Stasiun. Ketika naik Krakatau Expres biasanya kita tiba pada pukul 2 dinihari, tapi tenang saja penyebrangan beroperasi 24jam. Setelah sampai dikapal, kita bisa menggunakan waktu untuk tidur. Tiket standar hanya 12.500, jika mencari nyaman kita bisa upgrade class (akan dikenakan biaya tambahan sesuai kelas masing-masing). Saat itu saya melakukan upgrade class, kalo tidak salah tambahan biayanya 10.000 untuk ke kelas 1. Lumayan bangku lebih nyaman dan luas, sehingga lebih nyaman saat istirahat. 

Perjalanan dari Pelabuhan Merak(Banten) hingga  Bakauheni(Lampung) membutuhkan waktu 3-4 jam. Setelah sampai Pelabuhan Bakauheni berjalanlah kearah pintu keluar. Disana sudah banyak transportasi umum ke berbagai jurusan. Untuk ke Gunung Krakatau kita menggunakan Angkot warna kuning yang menuju Dermaga Canti. Dermaga Canti terletak di desa Canti, kec Rajabasa, kab Lampung Selatan. Dari pelabuhan hanya membutuhkan waktu 30-45menit perjalanan. 

Oh iya di sepanjang jalan menuju desa Canti, saya disuguhi pemandangan Gunung Rajabasa yang terlihat megah dan menawan. Gunung tersebut terletak di bagian ujung selatan pulau Sumatera. Sejenak membayangkan, andai saja saya berada dipuncak, pasti terlihat hijau pemandangan khas pegunungan bertemu dengan birunya laut. 

Tiba di Dermaga Canti, saya baru tahu bahwa penyebrangan menuju Krakatau harus melewati dua kali penyebrangan. Dermaga Canti ke Pulau Sebesi, kemudian baru Krakatau. Untuk umum dari Dermaga Canti ke Pulau Sebesi jadwal menyebrang adalah jam 14.00. Dan untuk Pulau Sebesi ke Krakatau hanya ada kapal wisata atau carter khusus, tidak ada rute umum kesana. Jika kesana dengan rombongan kecil, gabung saja sewaktu menyebrang ke Krakatau, tapi nggak semua boleh lho. Disana rata-rata wisatawan ikut penyedia jasa travel, jadi susah kalo dadakan disana cari temen buat diajak patungan sewa kapal. 

Jika ditotal perjalanan dari Semarang sampai Dermaga Canti, tidak sampai 200rb untuk sekali jalan (etimasi pada tahun 2016). Cukup terjangkau bukan? Ayo lihat kalender, kapan berangkat kesana,hehe. Oke sekian dulu ya catatan perjalanannya, masih ada beberapa tempat menarik di Krakatau yang akan diceritakan pada postingan selanjutnya. Terimakasih sudah berkunjung. 

Cerita Selanjutnya :
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger